Sunday, July 06, 2014

Waktu sholat lewat, kamu menangis?

Bismillahirrohmarrohim...

Kejadian ini sekitar lima tahun atau enam tahun yang lalu, mungkin. Sedang malas menghitung tahun karena semakin menyadarkan kalau saya sudah tua. hehe

Saat kelas dua SMA.
Saat Study Tour ke Bali untuk pembuatan Karya Tulis Ilmiah (atau mungkin rekreasi terselubung?).
Dini hari, subuh, di dalam bus. Bus tetap melaju kencang tidak pernah peduli dengan agen Islam yang ia angkut. Orang-orang yang belum sholat Subuh. Yang kebetulan sholat Subuh tidak mempunyai keistimewaan untuk dijamak. Yang sedikit disyukuri adalah, saya sedang berhalangan. Ada tamu datang yang membuat saya dilarang sholat.

Ada seorang perempuan yang kukagumi caranya bergaul dengan lawan jenis, caranya bertutur kata yang tidak pernah mengundang candaan rayu, caranya berrima tanpa mengeluarkan nada-nada yang tidak sepantasnya. Perempuan itu sedang menangis. Kutanya kenapa, rupanya karena bus tidak berhenti sehingga ia tidak dapat melaksanakan sholat Subuh. Kubilang padanya untuk sholat dalam perjalanan saja. Kebetulan ia berpendapat bahwa hal itu masih dipertanyakan boleh atau tidaknya.

Ah, sudahlah. Bukan itu yang ingin kubahas. Ini tentang tangisannya. Iya, sederhanakah? Menurut anda? Tidak menurut saya saat itu. Bisa dibilang, Insya Allah, saya tidak pernah mengizinkan diri ini lengah untuk kehilangan lima waktu wajibnya. Tapi ketika terlewat waktunya? Saya menangis? Saya yang kelas dua SMA itu. Terkejut, iya. Menyesal, iya. Tapi menangis? Saat itu saya sempat heran dan iri. Mengapa bisa hingga sedalam itu? Mengapa saya belum bisa sejauh itu? Bagaimana dengan anda? Sejauh apa anda menganggap sholat sebagai kebutuhan? Dan bentuk cinta kepada Allah? Pernahkah bertanya pada diri anda?

Semoga dapat digunakan untuk bercermin.
Ini perasaan saya, saat kelas dua SMA. Sekarang?

Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah

No comments:

Post a Comment