Friday, July 18, 2014

Harus Membesarkan Hati, Belajar Ikhlas

Sidang Tugas Akhir. Bismillah untuk teman-teman D3 dan untuk kakak kelas saya D4 semoga selalu dalam ridha Allah. Karena sesungguhnya, pertolongan Allah adalah apapun yang membuat hamba-Nya semakin dekat, termasuk rasa sakit.

Tapi manusia memang selalu dekat dengan perasaan gelisah. Ah, perasaan. Hari ini diingatkan banyak hal tentang itu. Mendengar cerita sana-sini tentang sidang, tentang dosen pembimbing maupun dosen penguji. Ada kelegaan, ada haru, ada isak tangis.

Pada akhirnya sidang memang selalu menjadi momen "melihat hasil" dari kerja keras dan sebagai syarat kelulusan. Saya ikut bersyukur untuk saudara-saudara yang dilancarkan pada sidang. Segala puji bagi Allah mendapatkan hasil yang menggembirakan. Di sisi lain, semoga selalu dikuatkan untuk saudara-saudara yang memang, setidaknya, belum mendapatkan keputusan hasil rapat, terlepas akan seperti apa keputusan itu.

Ini mengingatkan saya tentang sesuatu. Lagi-lagi Ayah saya pernah berkata, "Tidak apa-apa tidak lolos SNMPTN sekarang. Bukan hal memalukan. Nggak perlu malu. Nggak harus kuliah tepat waktu. Setahun nggak kuliah nggak apa-apa. Kan bisa melakukan banyak hal lain dengan proses belajar yang sama. Belajar bukan cuma lewat perkuliahan. Akan selalu datang keputusan yang diharapkan ketika memang sudah siap."

Itu perkataan beliau kepada saya ketika saya begitu gugup, sangat gugup, menunggu hasil SNMPTN dan tes-tes lainnya. Melewati SNMPTN undangan yang membuat saya sedikit kecewa. Eh, banyak kecewa sepertinya. Beruntung sekali memiliki orangtua yang tidak pernah membuat kecil hati dan terus membuat saya begitu kuat. Tidak perlu malu. Tidak perlu sebegitu kecewa. Toh, terlambat diterima kuliah bukan berarti hidupmu akan berakhir.

Ini pun berlaku untuk saya yang akan menghadapi Tugas Akhir serupa. Saya pasti akan mengalami tekanan yang begitu berat nantinya. Tekanan yang mungkin sekarang belum seberapa terasa.

Ini nasehat yang sering terlupakan. Nasehat yang sering diremehkan. Tapi semoga dapat menjadi bekal saya. Nasehat inilah yang membuat saya bertahan tiga tahun lalu saat maraknya penerimaan mahasiswa baru (Alhamdulillah saya lolos). Nasehat ini juga akan berlaku bagi saya dalam menjalani semester-semester akhir saya. Setelah berusaha, akan ada jalan.

"Nggak perlu malu. Usaha yang baik. Berproses yang baik. Allah penentu hasil yang paling adil."

Bismillah...
Demi Ayah Ibuk Adik-adik.
Harus siap menjadi wisudawati yang berguna.

No comments:

Post a Comment