Tuesday, December 10, 2013

Surat Untuk Ayah

Hai Ayah terbaik di seluruh dunia,

Apa kabar? Aku begitu merindukanmu malam ini. Aku begitu merasa kecil. Tentang apa saja. Tentang bagaimana aku kurang bisa diandalkan di mana saja. Katanya aku selalu punya limit yang saat aku sudah tidak mampu lagi, aku bisa berlari ke mana pun. Tapi, ayah, aku tidak mau begitu. Aku tidak terbiasa meninggalkan sesuatu yang tidak benar. Aku tidak suka dengan limitku yang sebatas ini saja.
Ayah, aku mau mengeluh sedikit saja, boleh? Maaf karena aku belum cukup kuat, keren, dan kece untuk menjadi wanita luar biasa semacam istri ayah. Ibuku. Biarkan aku menjadi kecil lagi sebentar saja, dan kembali ke dunia yang hanya tentang ayah, ibu, dan aku.

Ayah, menjadi wanita, yang seharusnya menjadi kuat dan dewasa dan mandiri dan serba bisa itu susah, ya. Ah, jika seperti ini, aku selalu berharap ayah masih berada di sini. Aku begitu kangen saat ayah menasehati dengan cara ayah yang begitu tegas, dengan bahasa lugas, yang seolah berkata hidup itu keras. Tapi ayah tidak pernah lupa meyakinkanku, sekeras apapun hidup, aku jauh lebih mampu untuk berproses di dalamnya, menaklukkan semuanya, dan menjadi hebat.

Ayah, kukira kedekatan ayah yang begitu misterius dalam hidupku menjadikanku akan tetap kuat saat engkau pergi, menjadikanku cepat beradaptasi dengan keadaan. Tapi, ayah, ternyata ingatan memang memiliki kadar perasaan yang lebih besar dari apapun. Aku masih mengingatmu begitu nyata. Dalam perjalanan-perjalanan yang melibatkanku seorang diri atau bahkan berkelompok. Dalam waktu singkatku sebelum aku terlelap. Dalam pagiku yang biasanya ayah sudah bangun terlebih dahulu sebelum aku.

Ayah, aku sudah semester lima. Sedangkan aku masih belum merasa dapat membanggakanmu di sini. Aku masih merasa kurang dan kurang. Ayah, janji itu sesuatu yang begitu sakral, kan? Janji itu, komitmen itu, akan dipertanggungjawabkan, kan? Jadi aku akan berjanji, aku akan menjadi wanita luar biasa, ayah. Berjanji menjadi wanita masterpiece ayah dengan kecantikan hakiki. Untukku, untukmu, untuk Ibu. Untuk orang-orang yang luar biasa di sekitarku. Terima kasih, meski engkau telah pergi, engkau meninggalkan malaikat-malaikat untuk menjagaku.

Ayah, aku bersyukur sempat memilikimu dengan nyata.

Surabaya, 10 Desember 2013

No comments:

Post a Comment