Saturday, October 26, 2013

Sajak Aku dan Kamu

Malam sudah tidak pernah sama
Seperti air yang enggan bertemu pasir
Tidak ada lagi yang ramah menyapa
Mengusap luka, membasuh peluh, menyeka air mata
Sadar saat pohon abadi berdiri sendiri
Meninggalkan pohon lain untuk tumbang
Menanti pohon yang tidak pernah melihat ke arahnya
Maka rumput hanya akan menjadi penonton setia
Bertaruh dan membuat gaduh
Riuh

Dengarlah,
debam berulang mulai menjadi lebam
Tapi terlalu keras kepala memuja
yang mampu sebatas melirik saja
Berusaha menggapai pucuk bunga
yang mungkin lagi-lagi hanya halusinasi
Lirih, rintih

Maka langit akan menunjukkan takdirnya
dan sabar bukan lagi menjadi kata yang mudah dan begitu indah
Lelah, tapi tidak ingin menyerah
Berharap lupa atau tetap berusaha?

No comments:

Post a Comment