Thursday, June 27, 2013

Childhood Never Ends, Right?

Sudah hal lumrah kalau manusia akan lupa. Jadi, lewat tulisan tidak resmi ini, aku ingin menulis dan merekam semua yang aku bisa tentang kalian, tentang masa kecilku, tentang rasa cemas sepele yang kita anggap begitu besar dulu. Selalu tentang kalian, teman yang tidak pernah lupa akan tempat pulang, sahabat yang akan mudah sekali ditemukan bahkan sebelum aku mencari, dan juga tentang perasaan yang tidak ingin kehilangan.

Member:
  • Berada di lingkungan yang sebagian besar teman seumuran adalah cowok tidak membuatku keki dan membuat gap sendiri. Malah, aku merasa nyaman sekali dengan mereka. Bermain dengan mereka, apa saja, membuatku merasa jadi superman versi cewek alias tomboy tapi tetap unyu. Satu orang yang sampai-sampai dihafal orang tuaku adalah Dany. Satu orang ini nggak pernah sungkan main ke rumah. Ngobrol lama, main geje-gejean sampai maghrib terus siap-siap salat di Langgar depan rumah. Sampai-sampai aku pun dihafal oleh Ibu Dany. Biasanya kita suka saingan masalah pelajaran karena kebetulan seumuran. Tapi aku selalu yakin dia itu memang lebih pinter dari aku. Kalau lagi nggak ada temen cewek yang main, pasti nyarinya Dany. Entah tanya adiknya atau ke siapa. Sampai aku nggak sadar kalau ada perasaan lain yang tumbuh di dia. Bayangkan. SD. Katanya dari kelas dua atau tiga gitu. Tapi aku nggak pernah nyadar. Baru kelas enam SD aku paham (polos banget aku). Kudu ngguyu. Cuma ya namanya anak-anak. Pokoknya satu orang ini muesti ada. 
  • Ada lagi namanya Ardi. Nah, kalau yang ini setahun di bawah umurku. Anaknya lucu pol. Mesti sering ketahuan aku kalo dia lagi melakukan hal konyol yang bodoh. Entah pura-pura bertapa atau apa. Terus nanti kalo ketahuan pasti aku dikejar dan dianiaya. Tapi namanya juga aku berpenyakit usil akut ya tak terusin aja. Rumahnya selalu asik dibuat melekan. Apalagi kalo jaman piala dunia atau EURO pasti nonton dirumahnya. Sampe kadang aku pulang kerumah udah dikunci pintunya terus aku nangis di depan rumah. Ardi ini juga temen yang asik buat nemenin. Jadi kalo nggak Dany yang ada, ya Ardi.
  • Ayu sama Fika. Seenggaknya ini dua cewek yang sering keluar. Jadi total cewek di rumah itu cuma 5 orang berbanding jumlah cowok yang bejibun banyaknya. Kita ini lucu, sering tengkar karena masalah kecil, rebut-rebutan jadi sahabat sampai surat-suratan yang isinya sama topiknya. "Persahabatan kita apa harus berhenti disini aja?" Hahaha, go home, guys. You're drunk. 
  • Selain itu ada Mas Ipul sama Mas Dendy. Suka sok-sokan tua dan sok paling ngerti semuanya (dulu, sekarang udah enggak). Sukanya bohongin anak kecil. Jadi pas aku SD, mereka udah SMP gitu.
  • Terus ada adikku Wildan, ada Fiko adiknya Fika, Rudy, Antok, Hendra, Puji, Edi anak cina, Rahman dan Denis (rumahnya asik buat main soalnya ibunya gaul abis), Risal adiknya Dany yang sering di-bully soalnya, kayak masnya, suka pake urat kalo ngomong. Hahaha. Yang cewek dua ada Shifak sama Kak Salwa yang kebetulan adik kakak tapi sepertinya mereka sibuk sama teman main lainnya jadi jarang sama kita. Tapi, Shifak ini selalu jadi orang pertama yang minal aidzin-an sama aku pas lebaran. Selalu.
Oke, cukup sampai di sini dulu kali ini. Selalu banyak cerita mengenai mereka dan jika dilanjutkan pada post ini lama kelamaan akan menjadi hal yang membosankan.

No comments:

Post a Comment