Wednesday, February 08, 2012

Surat Cinta Untuk Calon Suamiku Kelak

Teruntuk calon suamiku kelak,

Kemarin, sepi membawamu padaku. Melewati hembusan asap, pekatnya malam, di antara bintang-bintang. Kucoba menerka rupamu lewat bulan, tapi bagaimana mungkin ia membuka rahasia Tuhan??

Jadi kubiarkan kau di sana. Membiarkanku bertanya-tanya di mana dan kapan kita akan bertemu. Apakah aku dalam keadaan terbaik saat bertemu denganmu atau saat paling memalukan?? Ataukah kita sudah bertemu sekarang??

Kita akan menjalin cinta yang memeluk kita manja, seperti pelangi yang selalu muncul usai hujan. Pelangi yang semoga tak akan pernah luntur sehingga aku tidak akan pernah takut jatuh meski banyak bahaya di bawah. Sesekali mungkin kita akan tergelincir, bahkan terkilir. Namun percayalah, setiap luka akan menjadi peramu tawa kita. Seperti retak pada tulang, yang jika diobati akan membuat tulang semakin kuat. Tulang yang akan selalu menjadi penopang rumah kita.

Rumah itu, suamiku, akan menjadi tempat kita membuat kehidupan baru. Tempatmu yang akan selalu bangun pagi bersamaku dan mengusap rambutku, hal yang paling kusuka. Kau akan berkata, "Aku sayang kamu." dan aku hanya akan tersenyum karena kau akan tahu jawabanku melalui dalamnya mataku dan manis sumringah senyumanku. Di sana kita akan bermimpi dan mengukir kenangan pada tiap sudutnya. Kau akan jadi imam bagiku, atap dan penghangat, pelindung segala resah. Aku akan jadi sejuk untukmu, pembasuh tiap peluh, penadah tiap lelah. Lalu waktu, akan menjadi lagu manis, pengiring kita berdansa oleh hasrat yang tak pernah habis.

Suamiku, untukmu aku akan melahirkan tangan-tangan dan kaki-kaki mungil. Lalu bagi merekalah kita akan menjalani hari. Kau akan mengajarkan kehidupan dan aku akan merawat penuh kelembutan. Mereka akan tumbuh dengan banyak kasih yang telah kita semai, juga ribuan dongeng sebelum tidur. Kita akan mendoakannya hingga dewasa, sampai alam memeluk kita. Tapi sebelum itu, kita akan saling berpeluk, melalui hari-hari bersama.

Kau yang akan menjadi masa depanku,

Kutuliskan surat ini pada bintang hingga dibawa peri-peri, sampai pada suatu malam mereka akan membawamu pada rinduku melewati sayap-sayap mimpi. Selamat tidur, sayang. Jalanilah hidupmu dengan baik hingga Tuhan menyatukan kita.


p.s.: sama seperti Sepucuk Surat Untuk Anakku Kelak post ini sudah lama saya tulis tapi mungkin beberapa orang merasa sangat aneh jika saya menulis hal semacam ini. Tapi tetap saja saya perempuan dan hal seperti ini mungkin tidak asing di kamus kami, jadi apa salahnya dicoba. *memberanikan diri (lagi)*

2 comments: