Wednesday, January 11, 2012

PERPISAHAN KELAS BRANDCAP PART-4

Selasa, 10 Mei 2011
Mess Tirta Indah


Sore hari, masih di tempat yang sama, Mess Tirta Indah. Kami sekelompok anak #Brandcap lebih banyak glundang-glundung setelah aktivitas melelahkan hari itu. Barusan sehat lalu keluar kamar, aku melihat anak #Brandcap terbagi menjadi tiga bagian.
Yang pertama memasak di dapur, golongan anak paling rajin dan penopang asupan gizi.
Yang kedua di atas, bermain gitar, sekadar mengobrol, tidur siang, dan karaoke.
Yang ketiga di ruang keluarga lantai bawah bermain monopoli dan uno.
Aku “terombang-ambing“ (Ekay banget). Emang dasarnya tidak bisa diam jadinya aku berkeliling ke tempat berbeda-beda. Hingga saking bosannya turun ke tempat kolam renang, naik lagi, naik ke lantai dua, ke dapur, dan kembali ke ruang keluarga.
Kolam renang terlihat kumuh karena banyak handuk berjejer di jemuran.
Setelah itu, kami (tidak semua anak #Brandcap) mulai kongkaw-kongkow di pinggir kolam renang lagi. Membicarakan semua hal, terkadang berinteraksi dengan anak yang berada dalam dapur, lantai dua, dan ruang keluarga (acara teriak-teriak).
Tanjung (sang ketupat yang telat) mengusulkan pesta duren. Wuaaah, ya kalau aku sih senang-senang saja. Akhirnya #Brandcap terbagi menjadi dua kubu: kubu pecinta duren dan kubu pembenci duren.
Lalu, kita perang, tembak-tembakan, ilok-ilokan, akhirnya musuhan (Nggak, nggak, ini guyon. Jayus lagi? Yawes nek gitu *gagallucu* *diemdipojokan* *maintanah*).
Para peserta yang pro-duren antusias dan sudah mulai urunan sana sini (aku lupa urunan berapa). Yang kontra-duren sudah mulai bilang “jangan makan di dalem lho“, “awas kalo baunya nyebar“, “Hiiih, makanan gitu kok suka“, dan lain sebagainya.
Akhirnya Tanjung dan Teddy yang berangkat, katanya sekalian beli kado buat acara tukar kado nanti malam. Teddy sudah beli, dan Dadok titip mereka juga (hoiii! Nggak bondo hoi).
Ririn, Choi, Barry, Mbak Ris, Bunda, Nisah, dan nama-nama lain yang aku tidak tahu karena tidak terlibat dalam aksi mbolangnya mereka pergi naik ke arah cangar (widih, ekstrim ya sampai cangar segala, maksudnya ke arah situ tapi nggak mungkin sampai situ, soalnya mereka jalan kaki). Aku diajak tapi aku memutuskan tetap di Mess saja. Anak cowok (Yogi, Tito, dan lain sebagainya) bermain sepak bola di halaman depan.
Aku ikut membantu memasak di dapur.
Beberapa saat kemudian anak #Brandcap yang mbolang ke arah cangar kembali dan mereka pamer tentang kuburan yang banyak pohon berdaun merah. Lalu melewati jalan menyeramkan sebelah sungai dan banyak bambu jadi terkesan menyeramkan.
Eyaaak, ternyata mereka kesana. Padahal hari sebelumnya (dan aku lupa cerita -___-) Ainun, Ibib, dan aku sudah selesai mbolang kesana dan kita memang sempat mbatin kenapa kok nggak direkam gitu. Atau foto-foto di kuburan (eh?).
*videonya hayoo di hp siapa?*
Setelah itu, kejadiannya jadi sedikit biasa saja.
Aku tetap suka berkeliling. Beberap anak mengaku mencium bau bunga kuburan. Aku berhenti di beranda yang menghadap ke kolam renang. Kulihat ada Choi dan Barry di bawah (pinggir kolam renang) mengambil handuk anak-anak agar tidak kena binatang apa pun. Lalu mereka naik ke atas (ke arahku). Aku mendengar sedikit pembicaraan mereka.

B: Iyo ancen medeni yo nek bengi.
C: Lha iyo aku wedi.
B: Aku mau ketok opo ngono putih-putih
C: Ojok sampe onok seng kesurupan.

Aku lupa bagaimana persisnya apa yang mereka katakan dan siapa yang mengatakan tapi intinya begitu. Hal yang mereka bicarakan itulah yang membuatku sedikit memiliki akal bulus.
Choi lewat dan bilang, “Ngapain di sini? Masuk aja lho.“ (eh, ngomong gini kan ya, apa lewat doang? Akakaka).
Barry yang terakhir, menjawilku lalu bilang, “Ayo masuk, Cha. Medeni lho di sini.“
Aku diam.
“Cha?“ Muka Barry sudah sedikit terlihat serius.
Aku tetap diam.
“Cha?” Muka Barry sudah sedikit ketakutan dan menjawilku lagi.
Aku stay cool.
“Cha?” Menjawilku lagi dan sekarang sedikit menjaga jarak.
Barry terus menyebut namaku dan terus terlihat ketakutan. Dalam hati, aku tertawa terbahak-bahak, bahagia. Bahagia sekali dan berpikir kapan lagi ngerjain anak kayak gini.
Jangan ditanya bagaimana muka Barry selanjutnya karena dia benar-benar mengira aku kesurupan atau apa. Dia sedikit menguncang badanku takut-takut dan menjaga jarak. Jadi seperti dia merentangkan tangan ke depan.
Akhirnya aku ketawa keras dan bahagiaku akhirnya terpancar. Barry, tentu saja, marah-marah dan mengumpat “sial, sial, sial” (umpatan tersebut dilakukan profesional, jangan ditiru di rumah dan tanpa pengawasan).
Aku bilang kepadanya ekspresinya lucu sekali hingga membuatku ingin melempar duren ke mukanya. Lalu kubilang “Gitu aja takut.“
Barry bilang, “Ya takut lah Cha. Kalo kesurupan beneran gimana? Kamu nguawur main-main gitu.”
Tertawaku semakin keras. Saat selanjutnya Ekay mendatangi kami dan berkata apa yang lucu. (Heaa, mesti kalo ada keributan dia selalu mencari tahu).
Saat kuceritakan, dia juga tertawa menemaniku, Barry malu dan tetap sebal.
Lalu kami kembali ke dapur dan masak memasak.
Sebenarnya aku sedikit mbatin, ini Tanjung sama Teddy kok lama gitu ya nggak dateng-dateng padahal beli duren doang.
Menunggu masakan matang dan duren datang akhirnya kami foto-foto. Di ruang makan, kawan. Tapi aku heran kok fotonya sedikit padahal jepretannya saat itu banyak sekali. Konyol sekali foto-foto dari berbagai pose. Lompat, diem, pura-pura judes-judesan, senyum pepsodent, dan lain sebagainya (tapi fotoku sedikit peks).
Lalu Tanjung dan Teddy datang membawa kebahagiaan bagi kubu pro-duren dan kesengsaraan bagi kubu kontra-duren *alay*.
Kami pesta duren di beranda yang menghadap kolam renang (insiden Barry). Tanjung membawa duren (berapa) buah gitu dan langsung ludes dimakan anak #Brandcap penggila duren. Yang di dalam mulai berteriak, “Aduh bauk, bauk! Gaenak! Heh! Langsung dibuang lho nanti.“
Mereka heboh banget ya ternyata, kita tenang-tenang aja. Muahahaha *ketawangece*
Setelah pesta duren, saatnya makan dengan lauk mie telor. Buatan Mas Tanjung. Masakan paling mewah selama di Mess. Cuiyeeeeh pak ketupat pinter masak ternyata.
Ludes habis, dikikis, selalu begitu. Betul, betul, betul (kenapa upin-ipin muncul? -__-a).
Acara selanjutnya ada di lantai dua.
Acara pertama tukar-menukar kado. Hayo kamu njung, dok, kadomu ngece pol rek. Selamat bagi yang mendapatkan kado mereka ya, disyukuri saja, alhamdulillah, ya?
Aku mendapat kado dari Vivi, dvd video clip Avenged Sevenfold. Muahaha. Vivi bisa aja deh. Makasi ya, Vi :*
Yang mendapatku kadoku adalah Barry. Kado yang aku buat sendiri dengan bahan-bahan prakarya dengan foto #Brandcap saat foto buku kenangan. Sayangnya aku tidak siap kertas glossy jadi print di kertas biasa.
Lalu, Gembol, Ibib, dan aku ada di depan melakukan video spontan tentang pesan dan kesan selama bersama #Brandcap. Gembol dan Ibib berbicara lancar sekali. Aku enggak. Iya, malu-maluin pol karena aku paling nggak bisa mengutarakan kata hati di depan umum begitu. Di handycam Tanjung saja nggak bisa apalagi live begini.
Gembol berbisik saat aku sudah mengatakan semuanya (menurutku sudah semuanya sih), “tentang Choi Cha.“
Heh? Aduh, apa seh Mbol. Aku ya malu kalo diomongin di sini. -___-
Gara-gara itu Deby juga ikut-ikutan. Sudah rek, aku malu, aku nggak biasa berbicara tentang hal sentimentil di depan umum. Sudah ya...
Akhirnya mereka menyerah dan sudah lewat masalahnya.
Saatnya acara jujur-jujuran :D
Masalah ini-itu dibahas. Paling serem pas masalah Eccy. Dia sampai menangis. Sayangnya namaku juga dibawa-bawa (err -__-).
Ada nama Desy dan Ayuk juga. Akhirnya mereka berdua ikut berbicara. Aku tetap stay cool karena, ya sudah tau kan, hal sentimentil begini menurutku tidak bisa dibuka di forum luas. Lagipula berbicara dilihat orang banyak itu tidak mudah. Jadi, meski mata Deby bergerak menyuruhku berbicara aku tetap diam.

Nah, sekarang utangku lunas. Semoga kata-kata di atas tidak ada yang terlukai satu sama lain. Amin.
Dilanjutkan masalah Manda, Teddy, dan Nah. Membutuhkan air mata juga di sini dan akhirnya terbuka semua. *colek Ekay eh ga nyambung ya? wkwkwk
Lalu Ela berbicara. Dia berterima kasih dengan semua anggota #Brandcap dan menyebut satu per satu para cewek. Aww, so sweet banget pokoknya.
Dan ada Ekay yang meminta maaf ke Dicky karena memanggilnya Dikur. Huahahaha CLBK wes =))
Lalu, Daniel dengan masalah ke-alay-annya. Hahaha! Peace, niel. Wes konco plek yo, oyioyi? ;)
Lalu, Yogi sebagai ketua kelas. Dan Kecap masalah “itu”. Dan masalah Ela yang “lain”. Banyak pokoknya.
Setelah semua dibahas, akhirnya acara puncak. Bakar-bakar!
Bukan, bukan bakar rumah.
Bakar jagung dan ubi. Asyik, makan lagi. Padahal kalian tahu saat itu jam berapa? Seharusnya sudah saatnya tidur -___-“
Dengan hiasan lilin-lilin kecil, kami mulai bakar jagung dan bakar ubi (dipendam di tanah).
Makan jagung dengan bumbu jadi yang kubeli. Kata anak-anak ada yang rasanya seperti muntahan. Eh, masa? Aku nggak tau apa-apa lho ya.
Belum matang ubinya, anak #Brandcap banyak yang tidak kuat karena kantuk yang sangat akhirnya tidur duluan.
Aku menjadi salah satu penikmat ubi :D
Lalu kami semua pergi tidur dan sampahnya kami biarkan dulu hingga besok pagi.


Rabu, 11 Mei 2011
Mess Tirta Indah

Pagi hari, kembali kowa-kowo sarapan makanan instan. Lalu mulai bersih-bersih di setiap tempat. Banyak bahan sisa yang masih bisa dipakai dibawa pulang. Ternyata kami belum memesan makanan ke Mamah untuk pagi hari. Akhirnya Choi dengan mas yang berperan sebagai pengurus Mess membeli makanan. Kami makan makanan itu yang, omong-omong, porsi kuli banget. Untuk kali ini, ada yang tidak habis.
Membereskan semuanya, menyapu, dan lain sebagainya. Lalu kembali ke titik terpanas. Akhirnya masalah kaca pecah dibicarakan dan uang kas kami yang melimpah ruah harus terelakan Rp775.000,00 untuk membayar kerugian (kayaknya dimahalin nih). Nggak apa-apa, gaes, dibuat pelajaran saja. Njung! Hayo jangan stres, cuek njung cueeek. Wkwkwk =))
Kita tetap mendapatkan pengalaman banyak kan dari sini.
Pak Windi (akhirnya ingat nama beliau! Kalian kutanya tidak ada yang menjawab -____-) sudah menjemput dan kami suruh makan dahulu. Setelah semua beres, kita sempat berfoto dengan Mamah dan Mamah meminta kita mengirim fotonya jika sudah jadi (Hayo rek, ndang dikirim!).
Perjalanan pulang, berhenti di Bakpao Telo membeli bermacam-macam keripik, burger, es krim, dan lain sebagainya. Ice cream cone-nya enak. Aku mencicipinya lalu saat aku akan membelinya, mesinnya rusak. Krikrik....
Kami pulang dan sampai di SMAN 16 dengan selamat.

Oke, sekarang saatnya sedikit sentimentil.
Perpisahan terakhir, misi terakhir, telah selesai kita jalankan bersama, meski ada empat anak #Brandcap yang tidak ikut.
Terima kasih kepada kalian semua yang ikut andil dalam acara ini. Semoga jalan yang telah kita pilih dapat menuntun kita ke masa depan yang kita impikan masing-masing. Dan semoga persaudaraan di antara kita tidak berhenti sampai di sini saja. Jadilah #Brandcap yang selalu setia dan bersama, kawan. Hilangkan ego kita masing-masing. Tetaplah menunduk saat kita semua sukses, seperti padi yang semakin berisi semakin merunduk.
Tetaplah saling menolong dan menebar kebaikan di mana pun nanti kita berada. Terima kasih, sekali lagi, kali ini untuk semuanya, untuk semua kenangan yang kita buat bersama, untuk setiap tangis, untuk setiap senyuman, dan untuk setiap tawa. Dan pada pertengkaran maupun konflik kecil yang telah kita alami, kita belajar tumbuh bersama dan meleburkan sifat-sifat kita menjadi satu.
Terakhir, terima kasih juga untuk tangan-tangan yang selalu kalian ulurkan kepada setiap anggota #Brandcap yang membutuhkan.
Aku memang tidak pernah mengatakan secara langsung kepada kalian semua tetapi, aku sayang kalian, selalu.

 p.s.: Kejadian berdasarkan bulan Mei jadi jika ada peristiwa penting setelahnya belum bisa dihubungkan dengan perpisahan ini. Foto-foto menyusul ;)

No comments:

Post a Comment