Saturday, December 31, 2011

A Piece of Miracle In My New Year Eve 2012

Baru kali ini di malam tahun baru aku keluar dari rumah. Biasanya pada tahun-tahun sebelumnya aku pasti lebih milih diem aja di rumah nonton TV (karena banyak acara bagus) dan menghindari kemacetan kota. Karena, well, konvoi begituan menurutku nggak banget.
Jadi seperti tahun-tahun sebelumnya, aku males banget buat ngapa-ngapain. Tapi, karena #Brandcap "katanya" akan mengadakan acara malam Tahun Baru di rumah Jiji, akhirnya aku berusaha sedikit merayu orang tuaku agar aku bisa ikut acara tersebut. Daaaaan, setelah aku nderedek setengah mati buat minta izin, akhirnya aku diperbolehkan.

Aku sudah semangat banget pokoknya dan aku sudah bela-belain dari kampus langsung mengungsi ke rumah saudara biar nanti lebih dekat ke rumah Jiji. Ternyata, setelah di sana, ponselku ber-"bip" sebentar.

Rek, maaf seribu maaf ya, dikarenakan temen2 brandcap banyak yg ngga bisa malem taun baruan bareng, acaranya ditiadakan, yang penting jaga kekompakannya ae rek ben tetep koyok dulur ngono lho, oke? thnks :)

Kaget, kecewa, terkejut, dan bete. Bete banget deh pokoknya. Padahal aku sudah diizinkan. Ternyata dibatalkan. Tapi aku tau kok, ini bukan salah siapa-siapa. Jadi aku berusaha mendinginkan kebeteanku tadi. Tapi tetep aja, kan sayang surat izinku dari orang tua nggak kepake. Lagipula ternyata mendinginkan kebetean itu nggak gampang. Akhirnya aku pengen ngajak Devri, Barry, Ibib, sm Choi keluar. Well, kalo ngajak anak yang terakhir agak sungkan dikit sih. Takutnya kan nanti dikiranya ada niat terselubung. Jadinya aku ngajak Barry sama Devri. 
Setelah itu, ternyata Choi, Ibib, sama Eccy mau keluar. Wah, mumpung nih kan ada ceweknya. Akhirnya aku semangat lagi.
Hari sudah malam tapi elum ada tanda-tanda aku dikasih kabar jadi atau nggak acara malam ini. Akhirnya aku putus asa dan memutuskan untuk hengkang ke rumah. Setelah itu, Ibu mengajakku ke TP sebentar untuk mencarikan tante sepatu. Ya sudah, daripada aku marah-marah nggak jelas, aku ikut saja.
Setelah cari sepatu, aku..... lapar. *krikrik*
Sampe pusing lho, kawan. Aku tau, aneh sekali kan lapar hingga pusing. Tapi ya memang kenyataannya begitu.
Akhirnya aku makan malam di restoran junkfood di sana. Setelah kenyang, baru pulang.
Ya. Ampun.
Hari hujan begini tapi para penggila tahun baru sudah mulai konvoi hingga menutup jalan. Dan hal itu membuat banyak sopir taksi sok-sokan menaikkan tarif dan menolak memakai argo taksi. Sok jual mahal banget -___-
Ibu, tante, dan aku kebingungan mencari taksi. Akhirnya kita bersabar di pinggir jalan mencari taksi yang baik hati dan nggak sok-sokan.
Dan kita mendapatkannya.
Sopirnya seorang kakek. Sungguhan seorang kakek, kawan, bukan aku yang melebih-lebihkan. Kasihan sekali dan beliau menyanggupi mengantarkan kami ke rumahku yang jaraknya jauh sekali dan bertolak belakang dengan arah rumahnya.
Kakek itu agak sedikit tuli dan tidak kelihatan jalan raya. Jadinya kami pelan-pelan di jalan.
Sungguh, kawan. Aku nggak bisa menggambarkan perasaanku sekarang tapi aku haru melihat kakek itu. Beliau telah menjadi sopir selama 29 tahun. Bayangkan! 29 tahun mencari uang sebagai sopir.
Hingga aku menangis karena hal itu. Sungguh terharu dan merasa aku telah banyak mengeluh dan lupa caranya bersyukur.
Beliau benar-benar.... aaaaa! aku bahkan tidak tahu caranya menjelaskan perasaanku ini sekarang. Seandainya saja ada yang bisa kulakukan untuknya.
Malam ini, meski rencana yang telah kunantikan gagal dan tidak berjalan sesuai harapanku, aku senang mendapatkan sesuatu yang tidak terduga seperti sekarang.
Aku tahu, Allah memberikan yang kita butuhkan, bukan apa yang kita pinta. Allah Maha Mengetahui, dan aku tidak.

Kek, semoga engkau selalu dimuliakan rizkinya oleh Allah SWT dan selalu mendapatkan ridho-Nya.
Dan terima kasih, karena Anda secara tidak langsung telah memberikan pelajaran berharga kepadaku, anak yang lalai bersyukur atas segala nikmat yang Ia berikan.

No comments:

Post a Comment